Belajar di Mesir


Problematika Penguasaan Bahasa Arab dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Masisir
Oleh: Khoirun Niat

Pendahuluan
Mesir dengan segala keistimewaan yang dipunyainya merupakan anugrah Yang Maha Kuasa. Sungai nil, sungai terpanjang di dunia yang mengalir di tengah-tengah Negara Mesir merupakan sumber utama kehidupannya. Terusan Sues, Piramyd dan Spinx merupakan aset Mesir untuk menambah devisa negara. Selain anugrah tersebut, Bangsa Mesir terkenal dengan kegiatan keilmuan yang cukup produktif, terutama keilmuan di bidang agama Islam. Universitas Al-Azhar, lembaga pendidikan formal tertua di dunia, merupakan mercusuar kajian keislaman di seluruh dunia. Sampai sekarang dapat kita lihat alumni-alumni Azhar bertebaran di seluruh penjuru dunia, mengajarkan dan mengamalkan ilmu yang telah didapatkan darinya. Hal inilah yang banyak menarik minat pelajar asing untuk menimba ilmu di Azhar, tak terkecuali pelajar Indonesia.

Latar Belakang Penulisan
Penulis memilih judul di atas karena melihat fenomena yang jurang mengenakkan. Pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Azhar tergolong besar, berjumlah 3063 orang putra dan putri . Sedangkan prestasi akademis yang diraih sangatlah kurang . Dari sini penulis ingin mencoba menganalisa dan memberikan kontribusi untuk mengatasi keadaan tersebut.
Penulis berpendapat bahwa keberhasilan suatu pendidikan tergantung pada dua faktor utama; yaitu kesungguhan dan cukupnya bekal. Untuk kesungguhan tidak akan banyak dibahas di sini. Pembahasan hanya terfokus pada kemampuan dan penguasaan Bahasa Arab sebagai bekal utama belajar dan pengaruhnya terhadap prestasi akademis. Untuk lebih terfokus pembahasannya, penulis akan membatasi analisa hanya untuk jenjang pendidikan S1 karena jenjang tersebut lah yang banyak dimasuki oleh pelajar Indonesia

Sekilas Gambaran Perkuliahan di Azhar
Kuliah di Al-Azhar dibagi menjadi dua bidang; pertama, kuliah bidang umum meliputi tehnik, kedokteran, pertanian dan semisalnya. Kedua, kuliah bidang agama meliputi empat fakultas; Ushuluddin, Syariah, Lughoh dan Studi Islam. Fakultas Ushuluddin memiliki empat jurusan; tafsir, hadis, filsafat dan dakwah. Fakultas Syariah memiliki dua jurusan; Syariah Islamiyah dan Syariah Qonun. Fakultas Lughoh memiliki beberapa jurusan; semisal jurnalistik, lughoh Amah dan sejarah-peradaban. Rata-rata, setiap jurusan harus dilalui minimal empat tahun, hanya jurusan syariah qonun yang harus dilalui minimal lima tahun.
Penerimaan mahasiswa baru biasanya dibuka pada bulan September dan Oktober. Setelah itu masuk perkuliahan semester pertama. Ujian semester pertama biasanya dilakukan pada bulan Desember dan Januari. Kemudian masuk perkuliahan semester kedua. Ujian semester kedua biasanya dilakukan pada bulan Mei dan Juni. Hasil ujian setahun biasanya mulai diumumkan pada bulan Juli. Mengenai standar kelulusan dan kenaikan ke jenjang selanjutnya, seorang pelajar harus lulus semua mata kuliah atau minimal tidak lulus dua mata kuliah. Jika seorang mahasiswa tidak lulus tiga saja mata kuliah maka dianggap gagal dan harus mengulang setahun. Sedangkan bagi yang tidak lulus dua mata kuliah, ia tetap bisa naik, tetapi harus mengulang dua mata kuliah yang tidak lulus tersebut pada jenjang selanjutnya. Sebagai catatan bahwa proses belajar di Azhar memakai pengantar Bahasa Arab.

Peran Bahasa Arab dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar
Bagai seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan, seorang pelajar Azhar yang tidak berbekal Bahasa Arab. Mesir, tempat di mana Universitas Al Azhar berdiri merupakan salah satu Negara Arab sehingga bahasa penduduk setempat adalah Bahasa Arab. Demikian pula sistim pendidikan Al-Azhar memakai pengantar Bahasa Arab
Lalu mengapa Bahasa Arab menjadi faktor utama keberhasilan studi di Azhar. Kalau kita tilik proses pendidikan yang ada di Azhar maka akan kita dapati kebenaran asumsi tersebut. Semua pengajian dan presentasi yang diajarkan oleh dosen menggunakan Bahasa Arab. Begitu juga semua buku pegangan -selain mata kuliah Bahasa Inggris- juga memakai Bahasa Arab. Jika kita menginginkan sesuatu atau bertanya suatu hal, baik kepada teman ataupun dosen, maka harus memakai Bahasa Arab. Ini dalam hal intern proses pendidikan, sedangkan untuk faktor ekstern atau faktor penunjang, juga sangat bergantung kepada kecakapan berbahasa Arab. Misalnya dalam urusan administrasi dan pergaulan dengan warga setempat, semuanya harus memakai Bahasa Arab.
Lebih jauh lagi kaitannya dengan ujian yang diselenggarakan Al-Azhar, jelas ujian tersebut memakai Bahasa Arab, baik ujian tertulis maupun lesan. Soal yang diujikan dan jawabannya juga harus menggunakan Bahasa Arab. Dari sini dapat dilihat bagaimana jadinya kalau seorang siswa yang belajar di Azhar tidak memiliki modal penguasaan Bahasa Arab. Sudah tentu ia tidak bisa mengikuti proses belajar. Dalam memahami buku dan ucapan jelas ia tidak bisa, apalagi untuk menghadapi ujian. Maka dari itu penguasaan Bahasa Arab mutlak diperlukan dan ini akan sangat berpengaruh kepada prestasi akademis seorang pelajar Azhar.
Peran Bahasa Arab terakumulasi dalam dua hal; yaitu dalam memahami dan mengungkapkan atau al Fahm wa at Ta'bir. Seorang pelajar Azhar seharusnya memiliki kecakapan bahasa dalam dua hal ini karena itulah yang akan mengantarkannya menuju gerbang kesuksesan. Ia harus bisa memahami suatu pernyataan dalam Bahasa Arab dan harus bisa mengungkapkan pemahaman tersebut menjadi sebuah kalimat berbahasa Arab.

a. Pemahaman
Memahami berarti mengetahui maksud suatu hal. Sesuai dengan sistim pengajaran yang ada di Azhar, kecakapan untuk memahami ini dapat diklasifikasikan dalam dua hal; pertama, memahami suatu teks tertulis berbahasa Arab, kedua, memahami suatu ucapan berbahasa Arab. Ini karena suatu pemahaman biasanya bersumber dari dua hal; yaitu dari membaca atau mendengar. Jika dikaitkan dengan sistim yang ada di Azhar, memahami teks tertulis dapat diartikan memahami buku pegangan, sedangkan memahami suatu ucapan, berarti memahami muhadloroh yang disampaikan oleh seorang dosen. Sebagai bukti, mari kita lihat sistim pendidikan yang ada di Azhar khususnya jenjang s1. Proses belajar di Azhar meliputi dua hal utama, sebagaimana diutarakan di atas; yaitu mendengarkan muhadloroh dosen dan membaca buku pegangan. Dua hal tersebut sudah cukup untuk mengantarkan seorang pelajar, sukses menghadapi ujian.

b. Pengungkapan
Ini berhubungan dengan poin di atas. Setelah kita mempunyai kecakapan untuk memahami, maka hal kedua yang harus kita kuasai adalah mengungkapkan pemahaman tersebut. Tidak cukup tentunya jika kita hanya bisa memahami tanpa bisa mengungkapkan dengan Bahasa Arab. Sebagaimana pemahaman di atas yang terbagi dalam dua hal, begitu juga pengungkapan terangkum dalam dua hal; pengungkapan secara tertulis dan pengungkapan secara lesan. Kecakapan untuk mengungkapkan bahasa secara tertulis akan berperan ketika mengerjakan bahs dan ketika menghadapi ujian tertulis atau Tahriri. Sedangkan pengungkapan secara lesan berguna ketika kita mau menanyakan suatu hal kepada dosen dan ketika ujian lesan atau Syafawi.

Aplikasi Penguasaan Bahasa Arab
Mari kita bahas satu persatu peranan Bahasa Arab dalam belajar dan aplikasinya untuk membaca sebuah buku dan mengungkapkannya dalam tulisan.

a. Membaca dan memahami buku pegangan
Mata kuliah yang ada di Azhar -untuk jenjang s1- setiap tingkatnya berkisar antara sepuluh sampai delapan belas mata kuliah. Keseluruhan mata kuliah ini akan dihadapi dalam dua semester. Setiap semester memiliki waktu persiapan, berkisar antara dua sampai tiga bulan. Dari sini kita harus jeli dalam melakukan metode membaca karena dalam jangka waktu yang relatif singkat tersebut, kita harus menguasai semua mata kuliah yang diajarkan. Metode membaca dan memahami ini tentunya sesuai dengan selera dan kemampuan yang dipunyai seorang pelajar. Di sinilah penguasaan Bahasa Arab menjadi faktor utama keberhasilan.
Dengan penguasaan bahasa yang matang, seorang pelajar akan lebih mudah menentukan suatu metode membaca. Dalam memahami suatu buku, Ia tidak perlu banyak meminta bantuan orang lain sehingga membaca akan lebih efektif dan optimal. Misalkan; ia telah menguasai tata bahasa dengan baik dan banyak mengetahui kosakata, maka tinggal mengatur target pembacaan. Misalnya; dalam waktu seminggu harus membaca satu materi. Sedangkan bagi pelajar yang kurang menguasai Bahasa Arab, baik tata bahasa atau perbendaharaan kata, maka akan susah memahami buku. Ia akan banyak meminta bantuan orang lain untuk memahaminya sehingga belajar menjadi kurang optimal.
Dapat penulis sebutkan beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam membaca dan memahami suatu buku berbahasa Arab; yaitu:
1. Kaedah dan tata bahasa Arab
2. arti dari sebuah kosakata
3. istilah-istilah yang di pakai buku tersebut
4. memperhatikan rangkaian kalimat atau Siyaq al kalam
Membaca buku berbahasa asing tentunya tidak mudah. Seorang pembaca harus mengetahui tata bahasa asing tersebut sehingga ia bisa memahami apa yang terkandung di dalamnya, tak terkecuali Bahasa Arab. Bahasa Arab memilki kaedah-kaedah dan tata Bahasa tersendiri yang menjadi karakteristiknya. Tata Bahasa Arab biasa dikenal dengan kaedah Nahwu-Shorof. Dengan mengetahui kaedah tersebut kita akan bisa memahami teks berbahasa Arab, mana permulaan dan akhir suatu kalimat, di mana letak subyek, predikat dan obyek kalimat, di mana pelengkap dan keterangan suatu kalimat dan sebagainya. Dengan kaedah tersebut, kita juga akan tahu bentuk suatu kata, apakah tunggal, tasniah ataukah jamak. Kita akan mengetahui bentuk kata ganti atau dhomir dan di mana kembalinya dlomir tersebut. Kaedah tersebut juga untuk mengetahui bentuk kata kerja, apakah transitif atau intransitif. Jika transitif, apakah memiliki satu obyek ataukah lebih dan sebagainya.
Perbendaharaan kata juga mempengaruhi efeksifitas suatu pembacaan. Tanpa memiliki perbendaharaan kata yang banyak maka pembaca akan sering membuka kamus sehingga mengurangi optimalisasi membaca. Bahasa Arab termasuk Bahasa yang memiliki perbendaharaan kata cukup banyak dan memiliki keunikan tersendiri yang kadang menyusahkan pembaca untuk memahaminya. Suatu maksud kadang bisa dikemukakan dalam banyak kata, begitu juga satu kata kadang memiliki dua arti yang berlawanan. Seperti halnya kata Quru' dalam AlQuran yang memiliki arti haid dan suci. Untuk menghadapi persoalan seperti ini biasanya diperlukan ketelitian dan kejelian dalam membaca. Pembaca perlu memperhatikan rangkaian kalimat yang biasa dikenal dengan Siyaq al Kalam.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam membaca adalah istilah yang dipakai, Suatu bidang tertentu biasanya menggunakan istilah-istilah tersendiri yang telah keluar dari makna asli. Setiap bidang keilmuan memiliki istilahnya tersendiri. Bidang fikih, tafsir, dan hadis misalnya, telah memiliki istilahnya sendiri-sendiri yang biasa digunakan. Bidang fikih memiliki istilah ijma', qiyash, qoul rojih, qoul marjuh dan sebagainya. bidang hadis memiliki istilah riwayat maudlu', maqtu', mauquf, marfu' dan sebagainya. Begitu juga bidang tafsir memiliki istilahnya tersendiri seperti tafsir bilma'tsur, tafsir bir ro'yi, tafsir ijmali, tafsir maudlui, tafsir tahlili dan sebagainya. Istilah-istilah ini sering digunakan dalam suatu buku tanpa menjelaskan lagi maksud istilah tersebut. Maka dari itu seorang pembaca harus teliti, bidang apa buku yang sedang ia baca.

b. mengarang dan menulis dalam Bahasa Arab
Menulis lebih susah daripada membaca sehingga memerlukan banyak latihan. Dalam menulis, tidak cukup hanya bermodalkan kemampuan dan penguasaan sebuah tata bahasa. Walaupun penguasaan tata bahasa penting, tetapi ada hal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu dzauq lughowi atau kelayakan bahasa yang disajikan. Ini berguna dalam pemilihan suatu kata yang akan digunakan dalam tulisan, apakah kata tersebut layak untuk mengungkapkan suatu maksud ataukah tidak. Jadi, menulis dalam Bahasa Arab memerlukan beberapa hal; yaitu kemampuan dan penguasaan tata bahasa, perbendaharaan kata dan dzauq lughowi.
Hal ini dalam menulis secara umum. Adapun dalam kaitannya menghadapi ujian Azhar, maka keadaannya tidak sesulit yang dibayangkan. Asalkan kita bersungguh-sungguh belajar dan telah menguasai materi serta punya bekal Bahasa Arab, maka menjawab soal tidak terlalu susah. Setelah kita mendalami materi yang ada, maka sebaiknya kita mengadakan latihan untuk menjawab soal dengan bahasa sendiri tanpa harus melihat buku. Setelah itu bisa dibacakan kepada teman atau kepada senior, apakah tulisan dan jawaban tersebut sudah layak ataukah belum. Dari situ akan diketahui kemampuan kita untuk menuliskan suatu ide atau pemahaman.

Realita Masisir
Sebagai bahan analisa, penulis ingin memberikan data indeks prestasi mahasiswa. Penulis akan menggunakan sampel data yang ada di KSW . Anggota KSW berjumlah 373 orang dengan prestasi sebagai berikut; yang mendapat predikat Jayid Jidan hanya 11 orang yaitu sekitar 3 persen, yang jayid 60 orang yaitu sekitar 16 persen, maqbul 55 orang yaitu 15 persen, yang manqul 1 sebanyak 16 orang yaitu 4 persen, yang manqul 2 sebanyak 66 orang yaitu 18 persen, yang tasfiyah 12 orang yaitu 3 persen dan yang rasib 86 orang yaitu 23 persen. Kalau kita asumsikan bahwa prestasi ideal yang diharapkan adalah predikat jayid dan jayid jidan maka dalam data tersebut hanya mencapai 19 persen dari total anggota yang ada. Angka ini sangatlah kecil, tidak ada seperempat dari jumlah anggota. Ini dalam organisasi KSW yang mendapat predikat kekeluargaan terbaik kedua se-Masisir pada tahun ajaran 2004-2005. dari sini dapat dilihat bahwa prestasi Masisir masih belum memenuhi target yang diharapkan.
Pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Azhar sangatlah plural. mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan budaya yang berbeda pula, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan dari golongan yang berbeda-beda pula. Tulisan ini hanya akan menyoroti satu segi saja dari keberagaman tersebut; yaitu latar belakang pendidikan dan bekal Bahasa Arab yang dibawa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Kebanyakan pelajar Indonesia yang masuk di Azhar, berasal dari kalangan pesantren. mereka tentunya membawa cirikhas budaya pesantren yang telah menjadi bagian hidupnya, tak terkecuali metode belajar yang digunakan. Sebagaimana diketahui bahwa pesantren di Indonesia tidak memiliki satu corak, tetapi bermacam-macam dengan sistem pendidikan yang bermacam-macam pula. Begitu juga kaitannya dengan pendalaman Bahasa Arab dalam pesantren. Setiap pesantren di indonesia memiliki metode belajar Bahasa Arab tersendiri.
Di sini akan disebutkan dua contoh metode pendalaman Bahasa Arab dalam pesantren; yaitu metode modern dan metode -kalau boleh membahasakan- salaf.
Dalam pesantren salaf, yang ditekankan adalah pendalaman tata Bahasa. buku yang membahas tata Bahasa Arab dipelajari secara tuntas, semisal Al Ajrumiyah, al Umriti dan Alfiah. Lalu diaplikasikan untuk membaca buku-buku berbahasa Arab yang kebanyakan adalah buku turost. Metode pembacaannya memiliki cirikhas tersendiri; yaitu memahami kata satu persatu dan mengetahui posisi kata tersebut dalam sebuah kalimat. Metode ini dikenal dengan memaknai gandul. Aplikasi kebahasaan hanya sebatas membaca dan memahami kitab, sedangkan menulis atau mengarang serta pengucapan bahasa, kurang teraplikasi dalam pesantren salaf. Adapun pesantren modern, yang lebih dikedepankan adalah aplikasi, baik memahami, menulis maupun lesan. ini terbukti dengan adanya kewajiban menggunakan Bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari dan adanya ujian tertulis memakai Bahasa Arab. Kedua metode ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pesantren salaf memiliki kelebihan dalam pengetahuan tata bahasa sehingga dapat memahami suatu buku secara mendetail. Akan tetapi aplikasi lain semacam mengarang dan mengucapkan Bahasa Arab, termasuk kurang. Adapun pesantren modern, pendalaman tata bahasa dapat dikatakan kurang jika dibandingkan dengan yang dipelajari di pesantren salaf, akan tetapi nilai positifnya adalah aplikasi menulis dan mengucapkan lebih baik daripada pesantren salaf.
Metode ini berpengaruh terhadap pelajar Indonesia di Azhar. Bagi pelajar dengan latar belakang pesantren salaf, kebanyakan menggunakan metode membaca sebagaimana yang telah ia jalani di pesantrennya. Walaupun metode membaca semacam itu akan menghasilkan pemahaman yang mendetail, tetapi kurang efisien kalau diterapkan dalam belajar di Azhar. Hal ini karena pembacaan semacam itu akan memakan waktu yang cukup lama. Sedangkan mata kuliah yang ada banyak dan masa aktif belajar relatif sedikit. Keadaan ini membuat penguasaan materi terhambat sehingga akan berpengaruh buruk terhadap prestasi akademis. Ini belum lagi ditambah dengan kemampuan menulis dari siswa yang kadang kurang terlatih. Adapun pelajar yang memiliki latar belakang pesantren modern, ia memiliki nilai plus. Ia sudah terbiasa membaca buku moden dengan cepat dan terlatih untuk menulis, itu jika ia benar-benar menguasai bahasa dengan baik.
Memang ada beberapa ganjalan dalam proses belajar Bahasa Arab di Mesir. Dapat diketahui bersama bahwa dalam pergaulan, penduduk Mesir memiliki dialek Bahasa Arab tersendiri yang biasa dikenal dengan Bahasa Amiyah Mesir. Bahasa Amiyah ini jauh sekali dari Bahasa Arab baku dengan beberapa kaedah yang sama sekali tidak sesuai dengannya. Walaupun demikian, Bahasa Amiyah sering digunakan, bahkan dalam proses pendidikan dan pengajaran di Azhar. Seorang dosen misalnya, kadang masih menggunakan Bahasa Amiyah sebagai pengantar muhadlorohnya. Lalu apakah keadaan ini berarti memalingkan kita dari belajar bahasa baku? Tidaklah demikian. Bahasa Amiyah digunakan hanya untuk mempermudah komunikasi lesan antar individu, sedangkan untuk tertulis tetap harus memakai Bahasa Arab baku. Seperti diketahui, buku pegangan yang ada semuanya memakai Bahasa Arab baku dan dalam ujian nantinya pun kita harus menggunakan Bahasa Arab baku.
Biasanya, bagi pelajar yang kurang menguasai bahasa, ia akan menghadapi ujian dengan cara menghafal. Benar, untuk menghadapi ujian kita harus menghafal, akan tetapi bukan berarti menghafal semua teks tanpa ada pemahaman. Memang, ada beberapa hal yang harus dihafal untuk menghadapi ujian; semisal definisi dan dalil AlQuran. Nash AlQuran dihafal untuk dijadikan dalil, karena tidak boleh mengungkapkan AlQuran dengan bahasa sendiri. Adapun definisi, walaupun sebenarnya bisa diungkapkan dengan bahasa sendiri, akan tetapi sebaiknya dihafal. Ini karena, selain hafalan tersebut akan mempermudah menjawab soal, juga kadang seorang dosen mempunyai tipe tertentu yang mengharuskan jawaban sesuai dengan buku pegangan. Adapun penjelasan-penjelasan lain, maka perlu sebuah pemahaman. Menghafal semua teks tanpa memahami bukanlah solusi yang tepat karena akan sangat sulit dilakukan. Selain itu hafalan seperti ini juga akan mudah hilang karena si penghafal tidak mengetahui maksudnya sehingga akan berpengaruh buruk ketika menghadapi ujian.

Solusi yang Ditawarkan
Dari paparan di atas telah dijelaskan bahwa Bahasa Arab merupakan syarat mutlak yang harus dipunyai pelajar Azhar. Penguasaan Bahasa Arab sangat mempengaruhi keberhasilan dan prestasi akademis seorang pelajar. dengan kata lain bahwa seorang pelajar yang tidak menguasai Bahasa Arab, maka prestasinya juga tidak akan baik. Akan tetapi realita yang ada di dunia masisir berkata lain, masih banyak di antara para pelajar yang tidak atau kurang menguasai Bahasa Arab, baik tata bahasanya, kosakatanya ataupun kemampuan menulisnya. Kalau kita sepakat bahwa keadaan ini merupakan hal buruk, maka harus ada solusi untuk memperbaikinya.
Solusi yang ingin diajukan oleh penulis melalui dua jalan; yaitu antisipasi dan perbaikan. antisipasi di sini ditujukan bagi para pelajar yang masih berada di Indonesia dan berkeinginan belajar di Azhar. Sedangkan perbaikan ditujukan kepada pelajar yang sudah berada di Mesir dan kurang menguasai Bahasa Arab.
Pertama, antisipasi atau lebih tepatnya persiapan. Seorang pelajar yang ingin belajar di Mesir sepatutnya menyadari bahwa ia akan bergelut dengan pendidikan yang menggunakan Bahasa Arab sebagai pengantar. Dari sini ia harus menyiapkan bekal Bahasa Arab yang cukup. Tata Bahasa Arab dipelajari dan diperdalam, kosakata Bahasa Arab diperbanyak, volume membaca buku berbahasa Arab dan berlatih mengungkapkan Bahasa Arab diperbanyak, baik tertulis ataupun lesan. Ini antisipasi dari pihak individu pelajar, sedangkan dari pihak instansi, maka perlu diadakan optimalisasi seleksi pelajar. Seleksi ini bukan berarti membatasi jumlah pelajar, karena memang Azhar sendiri tidak membatasi, melainkan untuk memperbaiki prestasi pelajar itu sendiri.
Kedua, perbaikan. Solusi kedua inilah yang lebih realistis untuk dilakukan. Bagi seorang pelajar yang merasa kurang menguasai Bahasa Arab, bisa memperbaiki diri dengan melakukan beberapa latihan tentunya setelah memperdalam teori tata Bahasa Arab. Latihan ini sebaiknya sering dilakukan supaya ketajaman bahasa semakin baik. Latihan tersebut meliputi empat hal utama; yaitu mendengar, mengucapkan, membaca dan menulis.
1. Mendengar
Mendengar merupakan sarana mempertajam kebahasaan yang paling mudah karena bisa dilakukan setiap saat. Banyak cara yang bisa kita gunakan, bisa dengan mendengarkan pengajian dosen, mendengarkan radio, sering mengikuti seminar berbahasa Arab atau yang lainnya. Dengan mendengar, kita akan mencerna dan memperhatikan bagaimana orang Arab melafalkan suatu kallimat sehingga ketajaman bahasa akan terasah dan pengetahuan gaya pengucapan meningkat. Ini berguna nantinya untuk menghadapi ujian lesan; yaitu memahami apa yang ditanyakan dalam ujian tersebut.
2. Mengucapkan
Pengucapan merupakan tahapan setelah mendengarkan. Setelah banyak mendengarkan perkataan Arab, seorang pelajar sudah memiliki bekal untuk bicara memakai Bahasa Arab. Kalau hanya menirukan, mungkin tidak terlalu sulit, sebagaimana kita mendengar Bahasa Amiyah Mesir sehari-hari. Latihan mengucapkan Bahasa ini bisa kita latih dengan cara banyak bergaul dengan warga setempat atau dengan mengadakan diskusi berbahasa Arab. Sebagaimana latihan mendengar, latihan mengucapkan ini akan berguna nantinya ketika menghadapi ujian lesan; yaitu untuk menjawab suatu pertanyaan.
3. Membaca
Latihan ini bisa dikatakan lebih sulit daripada dua latihan yang telah lewat. Membaca memerlukan pengetahuan yang cukup dan konsentrasi penuh. Setelah berbekal penguasaan teori tata bahasa, maka kita coba menerapkan teori tersebut dengan membaca. Gunakan setiap waktu luang –sebisa mungkin- untuk membaca, baik membaca buku, Koran, majalah atau yang lain, tentunya yang berbahasa Arab. Bagi pelajar Azhar, membaca adalah sebuah keharusan. Semua mata kuliah memilki buku pegangan yang harus dibaca supaya dapat menghadapi ujian. Usahakan sedapat mungkin kita memahami betul-betul isi kandungan buku yang kita baca, kalau perlu jangan segan-segan minta bantuan orang lain. Dalam masalah kosakata, hendaknya dicari sendiri dan tidak bertanya orang lain supya mempermudahkan untuk mengingat. Sebaiknya catatlah kosakata tersebut dalam buku tulis lain, bukan pada buku yang kita baca. Ini untuk memudahkan kita, ketika membaca buku lain dan kita lupa arti kata tersebut.
4. Menulis
Latihan inilah yang paling susah, tapi tidak boleh kita kesampingkan. Latihan ini merupakan inti dari pembelajaran suatu bahasa. Sekuat apapun kecakapan kita dalam memahami bahasa, kalau tidak bisa kita ungkapkan secara tertulis, belumlah sempurna. Latihan menulis ini bisa kita lakukan dengan berbaga cara. Bisa dengan menuliskan kembali apa yang kita pahami setelah membaca, tentunya dengan bahasa sendiri. Bisa juga dengan sering membuat makalah berbahasa Arab. Bisa juga dengan cara yang paling mudah; yaitu mengangankan sesuatu, lalu kita ungkapkan dalam tulisan. Setelah tulisan selesai, sebaiknya diperlihatkan kepada orang lain, bisa kepada warga setempat, bisa juga kepada teman yang lebih pandai supaya mereka menilai tulisan yang telah kita buat, apakah sudah baik, sesuai kaedah, ataukah masih perlu perbaikan. Dengan menulis inilah nantinya prestasi akademis kita akan terlihat, karena ujian Azhar, 90 persen adalah tertulis.

Contoh Peningkatan Kualitas Bahasa yang Telah Berjalan
Untuk latihan membaca dan menulis, bisa dilakukan secara pribadi, tetapi latihan mendengar dan mengucapkan tidak bisa kita lakukan sendirian, harus ada orang lain yang berperan. Salah satu contoh peningkatan bahasa untuk bidang mendengarkan dan mengucapkan adalah kegiatan yang telah berjalan di Misykati . Salah satu kegiatan unggulan Misykati adalah kegiatan yang diberi nama Tashwibat Lughowiyah. Kegiatan yang dilakukan seminggu sekali ini, diawali dengan diskusi berbahasa Arab dan diakhiri dengan pembenaran pengucapan bahasa yang salah kaprah. Selama kegiatan berjalan, semua peserta dilarang keras memakai bahasa selain Bahasa Arab baku. Sebagaimana diskusi biasa, salah seorang peserta ditugasi membuat makalah berbahasa Arab dan harus dipresentasikan. Setelah itu dibuka termin diskusi yang dipandu oleh seorang moderator. Setelah diskusi selesai, salah seorang peserta ditugasi memberikan ceramah mengenai penggunaan bahasa yang salah kaprah dan bagaimana pembenarannya. Semua peserta kegiatan dipersilahkan mengeluarkan semua ilmu bahasa yang diketahui mengenai penggunaan salah kaprah tersebut. Semua tugas yang diwajibkan dilakukan secara bergiliran antar peserta kegiatan.
Walaupun kegiatan ini bukanlah sebab keberhasilan anggota Misykati, tetapi dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut mempunyai andil besar meningkatkan prestasi anggotanya. Ini terbukti bahwa Misykati, tahun ajaran 2004-2005 menjadi organisasi almamater terbaik se-Masisir dalam bidang prestasi akademis.

Penutup
Sungguh ironis, ketika kita menjadi mahasiswa Azhar, tetapi tidak menguasai Bahasa Arab, minimal bisa berbicara menggunakan Bahasa Arab baku. Ini bagaikan kata pepatah, 'Ayam mati kelaparan di lumbung padi'. Mesir merupakan negara Arab yang otomatis warganya memakai Bahasa Arab. Jika kita tidak mampu berbicara Arab, maka banyak orang akan mempertanyakan, "benarkah kamu belajar di Mesir"? Maka mulailah dari sekarang, belajarlah Bahasa Arab, tingkatkan belajar dan raihlah prestasi gemilang. Wallahu A'lam

Komentar

zackiyah mengatakan…
"atau minimal tidak lulus dua mata kuliah" harusnya bukan minimal, tp maksimal....syukron