Refleksi Maulid Nabi Saw


bimunasabati maulid anNabi asSyarif
oleh: Khoirun Niat

sungguh realita yang ada sekarang ini sangat menyedihkan. mungkin yang pernah dikatakan oleh nabi dahulu sekarang telah terwujud. Nabi pernah khawatir akan keadaan umat jika sudah terjangkit wahn (kelemahan) yaitu cinta dunia dan takut mati. Nabi juga pernah mengatakan bahwa suatu saat akan terjadi pada umat manusia, memegang agama bagaikan memegang bara api, sungguh payah...

mungkin banyak di antara kalangan umat islam yang masih punya pemikiran yang betul mengenai agama, akan tetapi bisakah ia menerapkannya dalam kehidupan, mampukah ia berinteraksi dengan kondisi realita sekarang. mari kita lihat kondisi yang ada di indonesia, bagaimana semua hal itu dilihat dan dinilai berdasarkan materi. sanpai hal kecil pun dalam bermuamalah dengan orang lain, kadang kita rasakan sungguh bertentangan dengan hati nurani.


memang benar kita memerlukan materi untuk hidup, akan tetapi benarkah hanya materi yang menentukan, benarkah bahwa ketergantungan terhadap materi sungguh luar biasa sehingga tidak bisa kita lepaskan.

agama islam sebagai agama penggembleng jiwa, sebenarnya telah memberikan petunjuk, bagaimana berinteraksi dengan materi, bagaimana sudut pandang yang benar terhadap materi tersebut. materi hanyalah salah satu alat menuju tujuan, ia bukanlah segalanya.

akan tetapi untuk sekarang ini, hal tersebut mungkin hanyalah sebuah idealisme yang kadang malah menjadi bahan ejekan. orang yang berpendirian demikian justru malah dipinggirkan, diejek dan dianggap sok suci. memang kita tidak bisa terlepas dari lingkungan, dimana kita hidup. betapa dahsyatnya lingkungan ini mempengaruhi pola pikir dan prinsip hidup kita. jika kita katakan bahwa faktor pembentuk jiwa berasal dari dua sumber, intern dan ekstern, dari faktor dalam dan faktor luar, maka sekarang ini faktor luarlah sebagai pembentuk utama diri kita. dalam diri kita mungkin telah terpatri pemahaman yang benar tentang agama, tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan, akan tetapi ketika masuk tataran parktis, masuk realita masyarakat, maka seakan-akan kita hanyalh seekor macan ompong yang tidak bisa berbuat apa-apa. seluruh idealisme yang tertanam dalam diri, seakan-akan hangus ditelan dahsyatnya arus realita.

keberhasilan dan kesuksesan sekarang ini dinilai dari segi materi, siapa yang berduit banyak, bertempat tinggal megah, beristri cantik, itulah yang dianggap sukses. bahkan kedudukan sosial dalam masyarakat pun sudah mulai bergeser. kalau dahulu seorang pemuka masyarakat atau kiai masih disegani dan didengar perkataannya, walaupun dalam segi materi ia kurang, sedangkan sekarang hal tersebut sudah mulai pudar. seorang kiai yang tidak bermateri lebih, akan sulit didengar oleh masyarakat. begitu juga dengan pergunjingan dalam masyarakat, semuanya dikaitkan dengan materi. kuatkah seseorang dengan idealismenya, mendengarkan pergunjingan yang dilakukan oleh masyarakat tentang dirinya. sungguh ini adalah suatu kepayahan yang nyata..

lalu apakah keadaan ini akan dibiarkan berlalu, haruskah kita ikut hanyut dengan prinsip hidup seperti itu, haruskah kita melepas ajaran agama yang telah lama kita peluk. ada baiknya kita sebagai seorang islam, berpikir kembali dan menghayati perjalanan nabi-nabi. apalagi sekarang sedang bertepatan dengan peringatan kelahiran nabi. mereka adalah segolongan manusia yang berhasil dan sukses mengarungi kehidupan. mereka berhasil mencapai kebahagian yang menjadi tujuan hidup. jiwa mereka tentram, hati mereka tenang, walaupun tidak bergelimang materi. bahkan mereka berhasil mengubah keadaan yang ada pada masyarakatnya, mereka tidak hanya menikmati kebahagian sendirian, tapi juga membagi kebahagian tersebut kepada masyarakat sekitarnya.

lalu apakah yang menjadikan mereka begitu tentram dan damai dengan kehidupannya. jawabannya hanyalah satu hal, dan ini yang menjadi sentra ajaran islam dan alat pokok mencapai kedamaian, yaitu keimanan kepada Allah sebenar-benarnya iman. lalu bagaimana keimanan ini berperan dalam tingkah laku kehidupan manusia. sungguh keimanan adalah menjadi sumber inspirasi sekaligus kendali dalam kehidupan. seseorang yang beriman dengan benar, tidak akan pernah takut melangkah, tidak akan pernah khawatir akan kejadian yang akan menimpanya karena semua hal tersebut tidak pernah luput dari penglihatan Tuhannya.

sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, sungguh menakjubkan tingkah laku seorang beriman, ketika menerima anugrah, ia bersukur dan ketika ditimpa musibah, ia bersabar. begitulah seharusnya tingkah laku seorang yang beriman, bahkan kepada kematian pun ia tidak takut, kalau memang Tuhannya telah menakdirkan kematian atas dirinya, maka terjadilah, tidak ada sesuatu yang dianggap aneh.

maka keadaan yang ada sekarang janganlah terlalu dirisaukan, semuanya akan ada perhitungannya, semuanya ada balasannya, jika kita melihat kedzoliman meraja lela, jangan khawatir Allah mengetahui semua itu dan Allah tidak sekali-kali mendzolimi hambaNya. kokohkanlah hubungan dengan Allah, teguhkanlah pendirian, hindari semua hal yang berbau kedzoliman, bersabarlah menghadapi keadaan dan tetaplah berusaha sebisa mungkin untuk merubahnya.

jika kamu diejek dan dihina atau dipinggirkan oleh masyarakat, maka jangan risau, jangan pula bersedih, ingatlah bahwa para nabi terdahulu lebih berat ujiannya, lebih berat cemoohan yang diterimanya, dan ingatlah Allah selalu memihak hambanya yang bertakwa dan bertawakkal serta ingatlah bahwa kemenangan akhir berada di pihak yang bertakwa.

jika kemenangan ini tidak terwujud di dunia, maka kelak di akherat kemenangan tersebut tidak mungkin tidak terjadi. Ilahi Anta Maksudi Wa Ridloka Mathlubi

Komentar