Pelajaran dari Seorang Tukang Sayur


Pelajaran dari Seorang Tukang Sayur

Sudah hampir 2 tahun aku tinggal di sebuah perkampungan yang bernama Zahra Wadihof Propinsi Helwan Egypt. Sejak September 2006 aku boyongan dari Madinat Nasr menuju kota nan jauh di pinggiran Cairo bagian selatan. Suasana yang aman, tenang dan ramah membuatku seakan tambah krasan hidup di Helwan. Suka duka jelas kami rasakan di sini. Hidup bersama hanya segelintir mahasiswa Indonesia sungguh merupakan pengalaman yang tak terhingga.

Ada sebuah hal kecil yang menarik di hati dan pantas kita jadikan pelajaran. Selama aku hidup di sini, setiap paginya banyak tukang sayur berseliweran menawarkan dagangannya. perlu diketahui bahwa rumah kami jauh dari pasar dan penduduk setempat bisa dikatakan golongan menengah ke atas, makanya di sini pedagang lebih proaktif memanjakan pembeli. Mereka setiap harinya berkeliling menawarkan barang sambil menanti sahutan dari pihak pembeli memanggilnya. Dengan suara yang sangat lantang mereka menawarkan barang, ada yang menawarkan isy (seperti roti khas arab yang dibuat dari gandum sebagai makanan pokok penduduk Mesir), ada yang menawarkan sayur, ada yang menawarkan buah-buahan, ada yang menawarkan gas elpiji, ada yang berteriak mencari barang2 bekas dan sebagainya. Yang menarik perhatianku dan sering saya amati adalah pedagang sayur. Aku tertarik mengamatinya karena sayur merupakan bahan pokok sehari-hari dan jumlah pedagangnya di sini relatif banyak serta banyak fenomena belakangan ini yang menimpa para pedagang sayur.


Sekarang ini, Ada beberapa pedagang sayur yang aku ketahui rutin menjajakan dagangannya. Mereka menyempatkan lewat di depan rumahku setiap harinya. Setiap pedagang sayur tersebut memiliki ciri khasnya tersendiri dalam bekerja, walaupun angkutan yang dipakai oleh mereka semuanya adalah sama, yaitu berupa sebuah gerobak dan ditarik oleh seekor keledai. Ciri khas pedagang sayur ini lah yang aku tertarik untuk mengamatinya. Ada yang bekerja sendirian berkeliling menawarkan sayur dan ini yang banyak terjadi, seorang lelaki berpakaian khas pedesaan Mesir, sambil naik gerobak terbuka berteriak lantang menawarkan sayur. Ada juga yang penjualnya adalah seorang ibu, ia ditemani anak laki2nya berkeliling menawarkan sayur, teriakan mereka adalah bergantian, kadang sang ibu kadang sang anak, walaupun suara sang ibu tidak sekeras si anak, tapi semangatnya sungguh luar biasa. Ada juga yang berkeliling jualan sayur sepasang suami istri, si suami bertugas berteriak dengan lantang menawarkan sayur, sedangkan si istri bertugas melayani pembeli nantinya jika ada seorang pembeli yang menghampiri. Ada juga yang bekerja sekeluarga, dan yang terakhir inilah yang menarik untuk diamati dan dijadikan pelajaran.

Sepasang suami istri bekerja dibantu oleh kedua anaknya. Si bapak dan ibu naik gerobak sedangkan kedua anaknya berjalan mengiringi. perlu diketahui di sini bahwa keledai, walaupun dia kuat sekali tapi jalannya sangat lamban, hampir sama dengan jalannya manusia, jadi tak heran jika si kedua anak disuruh berjalan sendiri, tentunya ini untuk mengurangi beban gerobak juga. Setiap dari mereka memiliki tugasnya masing-masing. Sang ayah bertugas berteriak lantang menawarkan sayur, ini kadang dibantu oleh anak laki2nya. Sang ibu bertugas melayani transaksi pembelian, sedangkan kedua anaknya bertugas mengantarkan sayur yang telah dibeli kepada pembelinya. Jadi seorang pembeli tidak perlu turun menghampiri pedagang tersebut, ia cukup melakukan transaksi secara lesan dan tak perlu keluar rumah. Perlu diketahui bahwa model perumahan yang ada di sini adalah model rumah susun atau flat. Satu gedung biasanya ada empat atau lima lantai, setiap lantainya ada 2 flat. dan setiap flat ini memiliki beranda atau balkon yang menghadap ke jalan. Jadi seseorang yang ingin membeli sayur, cukup berteriak di balkon tersebut dan melakukan transaksi secara lesan.

begitulah, pembagian tugas yang sedemikian apik guna memudahkan para pembeli. Hal lain yang tak kalah menarik adalah kedisiplinan yang dimiliki pedagang sayur sekeluarga tersebut. Pengamatanku sehari-hari meyakinkan bahwa kedisiplinan mereka sungguh luar biasa. Selama aku di sini, setiap hari mereka pasti lewat depan rumahku sekitar pukul setengah 11 pagi. Mereka tak peduli buruknya cuaca, setiap hari mereka disiplin bekerja. perlu diketahui bahwa di mesir ini jika musim dingin, suhu terendah bisa mencapai 4 drajat Celcius, dan jika musim panas, suhu tertinggi bisa mencapai 42 drajat Celcius. Ketahanan dan kedisiplinan mereka sungguh perlu kita jadikan pelajaran.

Hal lain yang menarik dari tukang sayur ini adalah terjaminnya kualitas barang. Memang, pedagang sayur yang ini terkenal menawarkan harga yang lebih mahal daripada para pedagang lain, tapi harga mahal tersebut karena kualitas yang benar2 dijamin. Sayur segar setiap harinya mereka bawa untuk ditawarkan kepada pembeli. Walaupun pembeli tidak melihat sayur tersebut karena mereka tak perlu turun dan tak perlu keluar rumah untuk membelinya, tapi ketika sayur tersebut dihantarkan kepadanya, tak ada yang merasa komplain, karena memang pedagang jujur dan kualitas barang yang dijamin 100 persen. Harga agak mahal yang ditawarkan sumbut dan pas sesuai dengan kualitas barang.

Begitulah, sedikitnya ada 4 hal yang menarik dan menjadi ciri khas pedagang sayur yang satu ini. Pertama, keuletan dan ketekunan dalan bekerja. Kedua, kedisiplinan dalam bekerja. Ketiga, kejujuran dan kualitas barang yang terjamin dan keempat, service yang memuaskan bagi pembeli. Keempat hal inilah yang saya catat dalam pengamatan saya terhadap tukang sayur yang satu ini.

Hal yang sangat mencengangkan bagiku adalah sekitar satu minggu yang lalu, saya lihat mereka tidak lagi menggunakan gerobak kayu yang ditarik oleh keledai, tapi pedagang sayur ini telah menggunakan sebuah gerobak besi yang ditarik oleh sepeda motor. Subhanallah dalam hati saya, lalu saya teringat dengan hadis Nabi Saw, bahwa Allah lebih menyukai hambanya yang bekerja karas secara tekun dan ulet (Innallaha Yuhibbu Idza 'Amila ar Rajulu an Yutqinahu Au Kama Qola Rasulullah Saw). Itulah peningkatan dahsyat bagi tukang sayur tersebut, sedangkan tukang sayur lain masih setia dengan gerobak keledainya, bahkan ada yang sudah tidak beroperasi lagi, mungkin karena kehabisan modal seiring melambungnya harga barang belakangan ini.

Perubahan luar biasa dari tukang sayur tersebut perlu kita jadikan pelajaran. Bahwa kerja keras, disiplin, jujur dan service yang memuaskan adalah senjata utama bagi para pekerja dan itulah yang dianjurkan oleh Islam. dan itu terbukti dengan peningkatan luar biasa, dari gerobak keledai menjadi gerobak motor dan di lain waktu mungkin akan menjadi mobil angkut. Suara lantang yang selalu aku dengar setiap paginya adalah "Amru Ya Uto, Kibir Ya Batotis, Sobah Ya Manufia, Filfil Rumi Ya Filfil, Bita`it Talaghat Ya Khiyar" (maksudnya dia sedang menawarkan tomat, kentang, dedaunan sayur, lombok dan timun). Semoga bermanfaat

Komentar